Rektor Universitas Abdurrab, Dr. Arisman Adnan, M.Sc. mendapatkan kepercayaan untuk memberikan orasi ilmiah dalam Sidang Senat Terbuka Luar Biasa Wisuda IX Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru. (Kamis, 13/12). Dr. Arisman menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul “Perguruan Tinggi Menyongsong Revolusi Industri 4.0”. Acara berlangsung di Hotel Pangeran Pekanbaru, Riau.
Rektor Univrab menyatakan bahwa pada era Revolusi Industri 4.0, berbagai elemen akan terhubung saling berkolaborasi, bertukar data, dan mengoptimalkan berbagai hal dalam pengambilan keputusan. Hal ini memiliki konsekuensi yang akan mengubah banyak hal. Inilah yang kini sering diperbincangkan sebagai era disrupsi. Peran manusia disaingi oleh mesin otomasi.
“Kita melihat ojek online menggantikan ojek pangkalan yang dulunya menggantikan penarik becak. Taksi online juga telah menggantikan taksi ‘konvensional’, membuat perusahaan taksi konvensional harus beradaptasi dan bekerja sama dengan sistem online. Sistem ini membuat negara tak terbatas atau borderless. Grab dapat digunakan di Pekanbaru ataupun di Manila. Uber perusahaan taksi yang tak punya taksi. Air BnB perusahaan akomodasi yang tak punya hotel, Skype perusahaan komunikasi, Alibaba perusahaan retail dll mereka menjadi perusahaan raksasa. Bisnis restoran di hotel tidak lagi menarik karena adanya Go Food yang dapat dipesan dan diantar sampai ke kamar”.
“Dengan demikian dapat kita lihat bahwa disrupsi terjadi akibat perubahaan cara-cara berbisnis yang dulunya sangat menekankan kepemilikan (owning) menjadi saling berbagi (sharing). Sekarang adalah era kolaborasi. Ini adalah era dimana terajdi banyak penghematan, kualitas yang baik, terbukanya pasar baru yang tadinya tertutup, accessible, dan serba smart”, pungkasnya.
Rektor Univrab yang juga seorang pakar di bidang statistik ini menekankan bahwa perguruan tinggi harus menjadi penghasil sumber daya manusia yang terampil sesuai jamannya. Pada zaman Revolusi Industri 4.0 ini manusia dan mesin akan berdampingan. “jika dulu sangat popular konsep GIGO (garbage in garbage out), boleh jadi di masa yang akan datang akan muncul konsep garbage in gold out”.
Oleh karena itu pendidikan harus berubah melampaui zaman. Saat ini masih banyak orang tua yang inign anaknya sekolah di kampus bergengsi, namun ada sedikit perubahan pada kota-kota besar. Di beberapa kota besar, beberapa PTS sudah memainkan perannya untuk menyiapkan gengerasi milenial menghadapi zamannnya. PTS yang lebih lentur terhadap kebijakan pemerintah dengan cepat bergerak mengambil peran ini sehingga calon mahasiswa sudah dari jauh hari menetapkan pilihannya untuk kuliah di PTS tertentu. PTS harus mampu menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki softskills. Dosen juga harus berubah. Dosen dituntut dapat membuat soal ujian yang tidak tersedia di internet. Kita perlu menelaah karakteristik calon mahasiswa saat ini. Calon dan mahasiswa saat ini merupakan generasi milenial yang terhubung dengan seluruh dunia 24 jam. Mereka boleh jadi berada dalam ruangan 3x3 meter namun mempunyai fantasi yang begitu tinggi. Mereka juga aktif secara sosial dan mereka adalah self-learner. “Kalau dulu kita bawa buku begitu tebal ke dalam kelas, sekarang tinggal tunjukkan e-books dan mereka akan belajar sendiri, kita cukup menuntunnya saja. Berbagai aplikasi pendidikan tersedia dengan gratis di internet dan ini sangat membantu capaian pembelajaran”, tegasnya.
Di akhir, Dr. Arisman menutup orasi ilmiah dengan menyatakan bahwa untuk menjawab tantangan IR 4.0, kita harus mempunyai kemampuan literasi data, teknologi, dan manusia. Kemampuan literasi data adalah kemampuan mengolan dan menganalisis big data, sedangkan literasi teknologi adalah kemampuan memanfaatkan teknologi. Dan yang ketiga literasi manusia, merupakan kemampuan kita menggunakan softskills yang dimiliki untuk berkolaborasi di era informasi.
KOMENTAR