Memasuki Bulan Haji, Kajian Islamisasi Sains Pimpinan Yayasan dan Universitas Abdurrab mengulas Sirah Nabi Ibrahim. Bertempat di Ruang Raja Ali Haji Susiana Tabrani Convention Hall, Kajian Rutin Selasa Pagi dihadiri oleh Pembina Yayasan Abdurran Dr. dr. Susiana Anggraini Binti Tabrani, M.Pd beserta jajaran dan juga Rektor Universitas Abdurrab Prof. Susi Endrini, S.Si, M.Si, Ph.D beserta jajarannya.
Dalam kajian ini, Ustadz Andree sebagai pemateri membedah tafsir dari Surah Ibrahim Ayat 37. Dalam ayat tersebut dikisahkan Nabi Ibrahim setelah melakukan perjalanan panjang sejauh 2000 KM dengan membawa anaknya (nabi Ismail), yang kemudian akan ditinggalkan di kota yang bernama Mekkah, berdoa kepada Allah “Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”.
Doa ini mengisyaratkan kisah Nabi Ibrahim yang berhijrah ke negeri Mekkah yang saat itu merupakan tanah yang tandus dan tidak memiliki sumber daya untuk kehidupan. Dalam doa tersebut terkandung hikmah bagaimana Nabi Ibrahim mengajarkan tawakkal (menyerahkan sepenuhnya) segala kekhawatirannya hanya kepada Allah.
Dalam Surah Al-Baqarah Ayat 126, Difirmankan pula bahwa Nabi Ibrahim juga memanjatkan doa “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, ya Tuhanku, jadikanlah (Negeri Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”.
Mekkah hari ini menjadi negeri yang rahmat Allah tidak henti-hentinya mengalir di atasnya. Manusia dicenderungkan Allah untuk senantiasa berkunjung ke tanah yang semulanya tandus, namun saat ini berlimpah ruah dengan berkah. Hati manusia terus condong untuk melihat berbagai kebaikan-kebaikan dalam Islam.
Kisah Nabi Ibrahim, yang berjalan beribu Kilometer, membawa bayinya yang baru saja lahir, mengajar hikmah pengorbanan yang kemudian berimplikasi pada pengembangan Islam di masa yang akan datang. Islam terus bertumbuh, meskipun dalam perjalanannya mengalami berbagai tekanan-tekanan yang tidak mudah.
Sebagai kesimpulan, Ustadz Andree menyampaikan bahwa Islam memenuhi ciri sebuah agama yang terus bertumbuh. Islam tumbuh salah satunya dari pengorbanan Nabi Ibrahim yang di dalam hatinya dipenuhi keimanan kepada Allah. Peninggalan Islam tidak bersifat monumental fisik, sebagaimana ajaran-ajaran lain, melainkan kerajaan yang tumbuh dalam hati manusia, membangun intelektualitas dan menjejakkan hikmah dalam kehidupan. Pencarian manusia terhadap cinta, kebaikan, ketenangan dan kebahagiaan akan berakhir saat menemukan Islam.
Kajian ditutup dengan merenungkan hikmah firman Allah dalam Surah Ar Ra’d ayat 17 “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah ia (air) di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang, dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti (buih arus) itu. Demikianlah Allah membuat perumpaan tentang yang benar dan yang batil. Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya; tetapi bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpaan”.
KOMENTAR